Perang Persia VS Romawi Abad 21 dan Kebangkitan Islam
Beberapa abad silam sejarah mencatat perseteruan abadi antara dua Imperium raksasa di
zaman itu, Persia dan Romawi. Tak terhitung jumlah biaya yang dihabiskan serta Ribuan jiwa
dikorbankan demi “sejengkal tanah” Dalam rangkaian panjang peperangan “sia-sia” antara
dua kekuatan besar itu. Ambisi Romawi untuk menguasai dunia, serta diperkuat dengan
misi untuk membawa peradaban barat dan menerapkan sistem pemerintahan, adat, struktur
agama, bahasa, serta berbagai macam kepentingan lainnya ke negara-negara bagian timur.
Sayangnya ambisi ini harus berbenturan keras dengan upaya bangsa persia yang saat itu
menjadi simbol kekuatan bangsa timur untuk melakukan ekspansi serta melakukan resistensi
terhadap hegemoni bangsa barat, Kemudian Pecahlah perseteruan abadi mereka.
Peperangan itu memang sudah berakhir namun sejarah seakan berulang , dalam abad serta
versi yang berbeda, kini dunia kembali menyaksikan perseteruan antara kedua bangsa ini.
Negara Super Power Amerika serikat yang menjadi simbol kekokohan hegemoni barat
melawan Republik Islam Iran yang sempat menjadi pusat peradaban Bangsa Persia, dan kini
menjadi salah satu simbol kekuatan bangsa timur. AS menuding bahwa Iran memproduksi
senjata nuklir, dan mengancam Iran dengan berbagai macam ancaman. Sementara Iran
telah membantah tuduhan Barat tentang program membuat senjata nuklir dan menyatakan
pengembangan programnya untuk tujuan damai. Berbagai gertakan pun turut mewarnai
konflik antara dua negara ini, kedua belah pihak saling mengancaman akan mengadakan
serangan militer kemudian Iran mengancam akan melakukan penutupan selat hormuz untuk
mengembargo minyak ke barat, Iran pun menuding AS lah yang bertanggung jawab atas
pengeboman di Teheran yang menyebabkan ahli nuklir Iran tewas. Dan yang masih hangat,
Amerika Serikat dan sekutu Eropa menjatuhkan sanksi Internasional, Pada bulan Januari
kemarin, Uni Eropa melarang negara anggota untuk mengimpor minyak dari Iran mulai bulan
Berbagai opini pun bermunculan menanggapi perseteruan sengit antar kedua negara ini, ada
pihak yang mengecam Iran karena terus melakukan perlawanan sengit terhadap AS, dilain
pihak ada yang mendukung keberanian Iran yang menentang , ada juga anggapan bahwa
perseteruan mereka ini tak lain hanyalah bermain “perang-perangan”. Mereka memainkan
sebuah sandiwara global yang bertujuan untuk memuluskan langkah-langkah mereka
untuk menghancurkan Islam. AS sudah lama memusuhi Islam, dan melabeli Islam dengan
radikalisme dan terorisme. Sedangkan Iran dengan mayoritas penduduknya menganut aliran
Islam Syiah, dan seperti kita ketahui aliran ini sangat membenci Islam Suni dan memiliki
keinginan untuk merebut dominasi Islam Suni di dunia, dan kini Iran berusaha untuk
mengambil hati umat Islam dunia yang mayoritas Islam Suni dengan bermain sandiwara
berpura-pura memusuhi AS, dengan cara ini maka dunia Islam akan menaruh simpati dan
memberi dukungan penuh atas keberanian Iran melakukan resistensi terhadap AS. Opini
ini bukan tanpa alasan, bila kita perhatikan kedua negara ini terkesan tidak serius dalam
melakukan serangan-serangan yang mereka ancamkan. Sampai saat ini mereka masih
bermain tarik ulur peperangan, hanya gertakan-gertakan saja yang mereka lakukan, Belum
ada langkah kongkrit dari kedua belah pihak ini untuk melancarkan serangan militernya.
Bahkan saya sempat membaca di beberapa media, banyak fakta yang membuktikan bahwa
sebenarnya Iran memiliki hubungan dekat dengan pemerintah Amerika.
Berkaca dari Sejarah
Terlepas dari berbagai opini diatas, saya ajak anda kembali ke beberapa abad silam. Jika
kita mencermati sejarah Persia dan Romawi, ada sebuah fakta menarik dibalik dua bangsa
besar yang berseteru ini. Dominasi dua Imperium raksasa dunia di zamannya ini akhirnya
roboh ditangan pasukan Islam. Pasukan Islam pernah memukul mundur pasukan Romawi
di Syam dan mengambil alih daerah kekuasaannya seperti Jordan, Palestina, Lebanon dan
Syiria. Di masa pemerintahan Khalifah Umar r.a. pasukan Islam dibawah Panglima Sa’ad
bin Abi Waqqash berhasil menduduki Istana Kisra dan membuat Kerajaan Persia bertekuk
lutut. Kemudian di era Kesultanan Ustmaniyah abad 14 di bawah komando Sultan muda
Muhammad al-Fatih yang pada saat itu berusia 21 tahun pasukan Islam berhasil memberikan
pukulan telak Kekaisaran Romawi Timur dan berhasil menguasai Konstantinopel yang pada
saat itu menjadi lokasi strategis jalur perdagangan dunia. Prestasi umat Islam bukan sekedar
menaklukan dua imperium besar dunia, bahkan kemudian mencapai puncak kejayaannya
hingga memayungi 2/3 dunia.
Setelah sekilas kita berpetualang ke alam sejarah tadi, kita kembali ke perseteruan Iran VS
Amerika Serikat. Di tengah perseteruan tadi muncul sebuah fenomena unik, yaitu pecahnya
gelombang perlawanan rakyat negara-negara timur tengah terhadap para penguasa otokratis
atau yang kita kenal dengan “Arab Spring” yang pelopori oleh Tunisia pada tahun 2011
lalu. Kita ketahui bersama rezim-rezim yang digulingkan dalam fenomena Arab Spring
ini merupakan boneka-boneka Amerika Serikat. Dan berbagai kejadian turut mewarnai
kejadian fenomenal ini. Seperti di Libya, Muamar Khadafi yang harus mati hina, terbunuh
ditangan rakyatnya sendiri, lalu mundurnya Husni Mubarok dari tahta kekuasaannya di
mesir, serta gelombang perlawanan lain di Timur Tengah seperti Aljazair, Yaman, Bahrain,
serta Suriah yang hingga saat ini masih bergejolak dalam upaya merobohkan rezim Basyar
Asad. Lalu fenomena ini pun diikuti dengan menangnya partai-partai Islam dalam pemilu
yang diselenggarakan pasca revolusi ini. Seperti kemenangan partai Islam di Tunisia yaitu
Partai An Nahda menang dalam pemilu 23 Oktober lalu dengan 41,47 persen suara. Lalu
di Mesir, Partai Islam berhasil menguasai 2/3 Parlemen, perolehan suara tertinggi adalah
milik partai politik milik Ikhwanul Muslimin yaitu Partai Al Hurriyah wa Al Adalah yang
berhasil meraup 47,18% suara. Dengan itu Partai ini berhak menguasai 235 kursi di Majelis
Rakyat. Disusul Partai Islam lainnya yaitu Partai An Nur milik Salafy dengan 121 kursi atau
25% suara. Di negara-negara hasil Arab Spring lainnya pun partai Islam berhasil merebut
hati rakyat dan beberapa mulai menguasai parlemen. Namun kemenangan partai Islam ini
sudah didahului oleh Turki yang telah memenangkan parlemen selama 11 tahun, dengan
Adelet ve Kalkinma Partisi (AKP, atau Partai Keadilan dan Pembangunan) partai ini berhasil
mengantarkan tokoh sentralnya yaitu Recep Tayyip Erdoğan untuk memimpin Turki. Suatu
hal luar biasa terjadi ketika perolehan suara AKP terus naik dari 34,43% pada Pemilu
2002, pada Pemilu 2007 menjadi 46,47% , terakhir 49,85% pada Pemilu 2011. Di Libya Ikhwanul
Muslimin baru saja mendeklarasikan Partai Keadilan dan Pembangunan yang mereka dirikan.
Apakah perseteruan antara Iran VS AS ini akan berhenti ditangan kaum muslimin?? Apakah
fenomena-fenomena ini merupakan tanda-tanda kebangkitan umat Islam?? Memang tidak
ada jaminan bahwasannya kebangkitan islam akan muncul ditengah perseteruan ini, namun
jika kita melihat fakta sejarah seharusnya ini menimbulkan sebuah harapan bagi seluruh
umat Islam di dunia dan menjadi sebuah pelecut semangat untuk menggerakkan roda-roda
kebangkitan umat Islam. Bagaimana dengan Indonesia??? Kita tentunya berharap besar pada
Bangsa ini, dengan jumlah penduduk mayoritas Muslim di dunia seharusnya fenomena ini
dapat menjadi suntikan motivasi segar bagi umat Islam di Indonesia, agar terus konsisten
berkontribusi bagi Bangsa ini agar Indonesia bisa bangkit, rakyat sejahtera dan turut ambil
bagian dalam pembangunan peradaban dunia. Amiin.