Selasa, 13 Maret 2012

Perang Persia VS Romawi Abad 21 dan Kebangkitan Islam

Perang Persia VS Romawi Abad 21 dan Kebangkitan Islam



                                                                             




Beberapa abad silam sejarah mencatat perseteruan abadi antara dua Imperium raksasa di

zaman itu, Persia dan Romawi. Tak terhitung jumlah biaya yang dihabiskan serta Ribuan jiwa

dikorbankan demi “sejengkal tanah” Dalam rangkaian panjang peperangan “sia-sia” antara

dua kekuatan besar itu. Ambisi Romawi untuk menguasai dunia, serta diperkuat dengan

misi untuk membawa peradaban barat dan menerapkan sistem pemerintahan, adat, struktur

agama, bahasa, serta berbagai macam kepentingan lainnya ke negara-negara bagian timur.

Sayangnya ambisi ini harus berbenturan keras dengan upaya bangsa persia yang saat itu

menjadi simbol kekuatan bangsa timur untuk melakukan ekspansi serta melakukan resistensi

terhadap hegemoni bangsa barat, Kemudian Pecahlah perseteruan abadi mereka.

Peperangan itu memang sudah berakhir namun sejarah seakan berulang , dalam abad serta

versi yang berbeda, kini dunia kembali menyaksikan perseteruan antara kedua bangsa ini.

Negara Super Power Amerika serikat yang menjadi simbol kekokohan hegemoni barat

melawan Republik Islam Iran yang sempat menjadi pusat peradaban Bangsa Persia, dan kini

menjadi salah satu simbol kekuatan bangsa timur. AS menuding bahwa Iran memproduksi

senjata nuklir, dan mengancam Iran dengan berbagai macam ancaman. Sementara Iran

telah membantah tuduhan Barat tentang program membuat senjata nuklir dan menyatakan

pengembangan programnya untuk tujuan damai. Berbagai gertakan pun turut mewarnai

konflik antara dua negara ini, kedua belah pihak saling mengancaman akan mengadakan

serangan militer kemudian Iran mengancam akan melakukan penutupan selat hormuz untuk

mengembargo minyak ke barat, Iran pun menuding AS lah yang bertanggung jawab atas

pengeboman di Teheran yang menyebabkan ahli nuklir Iran tewas. Dan yang masih hangat,

Amerika Serikat dan sekutu Eropa menjatuhkan sanksi Internasional, Pada bulan Januari

kemarin, Uni Eropa melarang negara anggota untuk mengimpor minyak dari Iran mulai bulan

Berbagai opini pun bermunculan menanggapi perseteruan sengit antar kedua negara ini, ada

pihak yang mengecam Iran karena terus melakukan perlawanan sengit terhadap AS, dilain

pihak ada yang mendukung keberanian Iran yang menentang , ada juga anggapan bahwa

perseteruan mereka ini tak lain hanyalah bermain “perang-perangan”. Mereka memainkan

sebuah sandiwara global yang bertujuan untuk memuluskan langkah-langkah mereka

untuk menghancurkan Islam. AS sudah lama memusuhi Islam, dan melabeli Islam dengan

radikalisme dan terorisme. Sedangkan Iran dengan mayoritas penduduknya menganut aliran

Islam Syiah, dan seperti kita ketahui aliran ini sangat membenci Islam Suni dan memiliki

keinginan untuk merebut dominasi Islam Suni di dunia, dan kini Iran berusaha untuk

mengambil hati umat Islam dunia yang mayoritas Islam Suni dengan bermain sandiwara

berpura-pura memusuhi AS, dengan cara ini maka dunia Islam akan menaruh simpati dan

memberi dukungan penuh atas keberanian Iran melakukan resistensi terhadap AS. Opini

ini bukan tanpa alasan, bila kita perhatikan kedua negara ini terkesan tidak serius dalam

melakukan serangan-serangan yang mereka ancamkan. Sampai saat ini mereka masih

bermain tarik ulur peperangan, hanya gertakan-gertakan saja yang mereka lakukan, Belum

ada langkah kongkrit dari kedua belah pihak ini untuk melancarkan serangan militernya.

Bahkan saya sempat membaca di beberapa media, banyak fakta yang membuktikan bahwa

sebenarnya Iran memiliki hubungan dekat dengan pemerintah Amerika.


Berkaca dari Sejarah

Terlepas dari berbagai opini diatas, saya ajak anda kembali ke beberapa abad silam. Jika

kita mencermati sejarah Persia dan Romawi, ada sebuah fakta menarik dibalik dua bangsa

besar yang berseteru ini. Dominasi dua Imperium raksasa dunia di zamannya ini akhirnya

roboh ditangan pasukan Islam. Pasukan Islam pernah memukul mundur pasukan Romawi

di Syam dan mengambil alih daerah kekuasaannya seperti Jordan, Palestina, Lebanon dan

Syiria. Di masa pemerintahan Khalifah Umar r.a. pasukan Islam dibawah Panglima Sa’ad

bin Abi Waqqash berhasil menduduki Istana Kisra dan membuat Kerajaan Persia bertekuk

lutut. Kemudian di era Kesultanan Ustmaniyah abad 14 di bawah komando Sultan muda

Muhammad al-Fatih yang pada saat itu berusia 21 tahun pasukan Islam berhasil memberikan

pukulan telak Kekaisaran Romawi Timur dan berhasil menguasai Konstantinopel yang pada

saat itu menjadi lokasi strategis jalur perdagangan dunia. Prestasi umat Islam bukan sekedar

menaklukan dua imperium besar dunia, bahkan kemudian mencapai puncak kejayaannya

hingga memayungi 2/3 dunia.

Setelah sekilas kita berpetualang ke alam sejarah tadi, kita kembali ke perseteruan Iran VS

Amerika Serikat. Di tengah perseteruan tadi muncul sebuah fenomena unik, yaitu pecahnya

gelombang perlawanan rakyat negara-negara timur tengah terhadap para penguasa otokratis

atau yang kita kenal dengan “Arab Spring” yang pelopori oleh Tunisia pada tahun 2011

lalu. Kita ketahui bersama rezim-rezim yang digulingkan dalam fenomena Arab Spring

ini merupakan boneka-boneka Amerika Serikat. Dan berbagai kejadian turut mewarnai

kejadian fenomenal ini. Seperti di Libya, Muamar Khadafi yang harus mati hina, terbunuh

ditangan rakyatnya sendiri, lalu mundurnya Husni Mubarok dari tahta kekuasaannya di

mesir, serta gelombang perlawanan lain di Timur Tengah seperti Aljazair, Yaman, Bahrain,

serta Suriah yang hingga saat ini masih bergejolak dalam upaya merobohkan rezim Basyar

Asad. Lalu fenomena ini pun diikuti dengan menangnya partai-partai Islam dalam pemilu

yang diselenggarakan pasca revolusi ini. Seperti kemenangan partai Islam di Tunisia yaitu

Partai An Nahda menang dalam pemilu 23 Oktober lalu dengan 41,47 persen suara. Lalu

di Mesir, Partai Islam berhasil menguasai 2/3 Parlemen, perolehan suara tertinggi adalah

milik partai politik milik Ikhwanul Muslimin yaitu Partai Al Hurriyah wa Al Adalah yang

berhasil meraup 47,18% suara. Dengan itu Partai ini berhak menguasai 235 kursi di Majelis

Rakyat. Disusul Partai Islam lainnya yaitu Partai An Nur milik Salafy dengan 121 kursi atau

25% suara. Di negara-negara hasil Arab Spring lainnya pun partai Islam berhasil merebut

hati rakyat dan beberapa mulai menguasai parlemen. Namun kemenangan partai Islam ini

sudah didahului oleh Turki yang telah memenangkan parlemen selama 11 tahun, dengan

Adelet ve Kalkinma Partisi (AKP, atau Partai Keadilan dan Pembangunan) partai ini berhasil

mengantarkan tokoh sentralnya yaitu Recep Tayyip Erdoğan untuk memimpin Turki. Suatu

hal luar biasa terjadi ketika perolehan suara AKP terus naik dari 34,43% pada Pemilu

2002,  pada Pemilu 2007  menjadi 46,47% , terakhir 49,85% pada Pemilu 2011. Di Libya Ikhwanul

Muslimin baru saja mendeklarasikan Partai Keadilan dan Pembangunan yang mereka dirikan.

Apakah perseteruan antara Iran VS AS ini akan berhenti ditangan kaum muslimin?? Apakah

fenomena-fenomena ini merupakan tanda-tanda kebangkitan umat Islam?? Memang tidak

ada jaminan bahwasannya kebangkitan islam akan muncul ditengah perseteruan ini, namun

jika kita melihat fakta sejarah seharusnya ini menimbulkan sebuah harapan bagi seluruh

umat Islam di dunia dan menjadi sebuah pelecut semangat untuk menggerakkan roda-roda

kebangkitan umat Islam. Bagaimana dengan Indonesia??? Kita tentunya berharap besar pada

Bangsa ini, dengan jumlah penduduk mayoritas Muslim di dunia seharusnya fenomena ini

dapat menjadi suntikan motivasi segar bagi umat Islam di Indonesia, agar terus konsisten

berkontribusi bagi Bangsa ini agar Indonesia bisa bangkit, rakyat sejahtera dan turut ambil

bagian dalam pembangunan peradaban dunia. Amiin.